Sabtu, 13 September 2014 21:35 wib
JAKARTA - Batik, semua tentu orang tentu tidak asing dengan kain satu ini. Dari tua hingga anak-anak memakainya. Namun, lain dulu lain sekarang, batik beberapa tahun lalu hanya digunakan dalam acara-acara tertentu saja, dan yang menggunakannya pun hanya orang-orang tua.
Seiring dengan berjalannya waktu, serta maraknya klaim dari negara lain tentang batik, maka pemerintah menggalakkan penggunaan batik menjadi pakaian wajib perkantoran, sehingga baju batik saat ini menjadi pakaian yang bisa dilihat dalam keseharian.
Melihat peluang yang ada, kini para pelaku bisnis mulai mencari inovasi atau ide gagasan baru lainnya untuk melestarikan kain batik. Bosan dengan kain batik yang hanya dijadikan baju ataupun tas, kini kain batik digunakan untuk membuat aksesoris lainnya.
Berawal dari hobinya mengumpulkan batik, Maharsi Anindyajati atau disapa Nina akhirnya memilih untuk membuka butik meskipun saat itu hanya kain batik saja yang dijualnya, namun melihat peluang, kain batik tersebut akhirnya dibuat menjadi tas dan sepatu.
Kecintaannya terhadap kain Indonesia, membuat wanita yang berprofesi sebagai pengajar dan psikolog ini membuka butik yang bernama Raiya Butik. Butiknya tersebut menjual kain, sepatu, tas, hingga aksesoris. Salah seorang marketing Raiya Butik, yakni Sarah menceritakan proses penjualan kain batik hingga berinovasi menjadi aksesoris.
"Awalnya 2010, kita hanya menjual kain batik, lalu customer kita ada yang minta dibuatkan sepasang dari mulai baju, tas, sepatu, dan sandal. Dari situ akhirnya kita menerima custom," ungkap Sarah.
Semenjak kain batik dianggap menjadi salah satu tren, maka masyarakat berbondong-bondong menggunakannya. Peluang ini tentu saja dilihat juga oleh para pebisnis lainnya yang menggunakan tren batik ini untuk membuka bisnis.
Seolah tak kehabisan ide, pada 2014 dirinya mengembangkan sisa kain batik untuk dijadikan tali jam tangan, tempat HP, tempat make up, tas kecil, dan lain-lainl. Inovasi tersebut dilakukan selain memanfaatkan bahan sisa, juga untuk menghadapi persaingan.
"Awalnya 2014, karena sayang daripada kebuang, lebih baik kita manfaatkan saja sisa kain batiknya. Itu juga awalnya saat pameran," katanya.
Untuk harga jual tas batiknya, dipatok dari Rp375 ribu hingga jutaan. Harga tas tergantung dari bahan dan tingkat kesulitan dalam pembuatan tas.
"Tergantung kombinasi tasnya, kalau batik tulis dan kombinasi kulit bisa lebih mahal. Kalau sepatu harga yang dibanderol bisa Rp275 ribu hingga. Rp450 ribu," jelasnya.
Proses pembuatan tas, bisa hingga dua minggu, untuk satu kain batik, bisa digunakan untuk dua hingga tiga tas. Untuk model, pihaknya menerima custom dari pelanggannya.
"Kita bisa kalatog, jadi bisa pesan sesuai keinginan, kadang kita jual paket, seperti tas dan sepatu dengan kisaran Rp500 ribu hingga Rp1 jutaan," sambung dia.
Untuk pemasaran, hingga saat ini memang masih banyak di dalam negeri. Namun, tak jarang ada satu hingga lima yang melakukan pemesanan ke Singapura, Amerika, Malaysia, dan Hongaria. (rzk)
0 komentar:
Posting Komentar